Source: Financialmu Illustration
Pasar keuangan Indonesia kembali bergoyang. Demonstrasi nasional yang telah menyebar ke berbagai kota dipicu oleh kekesalan publik terhadap tunjangan mahal untuk anggota DPR terus membara. Kemarahan memuncak setelah terbunuhnya seorang driver ojol oleh kendaraan aparat, yang memicu aksi kekerasan dan penjarahan, termasuk terhadap rumah pejabat dan gedung publik. Setidaknya delapan orang tewas dalam kerusuhan ini. Presiden Prabowo Subianto segera mencabut tunjangan kontroversial dan menyatakan situasi masih “terkendali”, meski ketegangan politik tetap tinggi.
Pasar langsung menyuarakan kekhawatirannya. IHSG sempat anjlok hingga 3,6% di sesi pembukaan sebelum menutup hari dengan pelemahan 1,1%. Rupiah bahkan menguat tipis 0,3% berkat intervensi BI, sementara yield obligasi 10-tahun naik sedikit ke 6,39%.
Di bursa domestik, koreksi terasa paling parah di sektor keuangan. IHSG ditutup melemah 1,21% ke sekitar 7.736, sementara sektor kesehatan menjadi salah satu yang paling tahan banting.
Saham perbankan besar menjadi sorotan utama. BBCA turun sekitar 0,93% ke level Rp 8.000, dengan volatilitas harian dari Rp 7.600 hingga Rp 8.050. BMRI juga terkoreksi antara 1,5–2,8%, sedangkan BBNI, BBRI, BBTN, BRIS, dan BNGA turut melemah hingga 5% di beberapa kasus.
Namun, di tengah tekanan hebat, muncul sinyal optimisme. Analis menyebut ini bisa jadi momentum “buy on dip” khususnya untuk saham bank besar dengan potensi rebound yang kuat memasuki kuartal IV, di tengah era suku bunga rendah.
Fundamental ekonomi tetap cukup tangguh. Pemerintah dan regulator menekankan bahwa cadangan devisa mencapai Rp 1.520 triliun, stabilitas sistem perbankan terjaga, dan pada kuartal dua, ekonomi tumbuh 5,12% tertinggi dalam dua tahun terakhir. Langkah stimulus sosial mulai diluncurkan, termasuk bantuan makanan gratis dan insentif investasi.
Di sisi risiko, ketidakpastian bisa berlanjut jika demonstrasi terus meluas, kabinet bergolak, atau kerusuhan kembali meletus. Investor asing telah panik sebagian besar arus keluar pada 29 Agustus, termasuk net sell BBCA hingga Rp 1,1 triliun hanya dalam satu hari. Namun sebagian sudah mulai kembali masuk pasca stabilisasi.
Pandangan investor global pun terbagi. JP Morgan menyebut intervensi BI telah menahan gejolak, sementara BNY mengingatkan bahwa investor masih menghindari risiko.
Disclaimer: Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Finansialmu tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari keputusan investasi yang diambil. Mohon tetap waspada dan mengaspirasikan pendapatnya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, jangan mudah terprovokasi sehingga saling memecah belah, selamatkan bangsa mu bukan memuaskan ego mu.