Source: Financialmu Illustration
Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa memicu guncangan di pasar keuangan Indonesia. IHSG langsung terkoreksi hingga –1,6%, rupiah melemah, dan saham perbankan rontok cukup dalam. Reaksi ini mencerminkan keresahan investor: apakah fiskal Indonesia masih akan dijaga seketat era Sri Mulyani, atau justru memasuki babak baru penuh manuver politik-ekonomi?
Purbaya bukanlah wajah baru. Ia pernah dikenal sebagai ekonom Danareksa, kemudian masuk lingkaran Luhut Binsar Pandjaitan, hingga menjabat Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Ia juga sempat duduk sebagai komisaris di PT Inalum, induk holding BUMN tambang (MIND ID) yang menaungi ANTM, PTBA, TINS, dan Freeport Indonesia.
Rekam jejak ini menunjukkan satu hal: Purbaya terbiasa berada di ruang abu-abu regulasi, tempat kebijakan fiskal, keuangan, dan korporasi BUMN bisa saling bersinggungan.
Dari peta kariernya, ada tiga sektor utama yang kemungkinan besar akan diwarnai kebijakan Purbaya:
Pertambangan & Energi – Lewat koneksi Inalum/MIND ID, emiten seperti ANTM, PTBA, dan TINS bisa berpotensi mendapat aliran modal negara (PMN) maupun insentif fiskal.
Perbankan & Keuangan – Sebagai eks Ketua LPS, ia paham betul mekanisme penjaminan dan likuiditas. Kebijakan fiskal longgar bisa “menenangkan” bank tertentu, meski berisiko melemahkan kepercayaan investor asing.
Infrastruktur & Konsumsi Domestik – Fokus Purbaya pada konsumsi dan investasi (PMTB) bisa membuka ruang stimulus untuk sektor konstruksi, distribusi, dan belanja pemerintah.
Pasar merespons keras pergantian ini. Saham bank besar anjlok:
BMRI –4%
BBNI –4,35%
BBCA –3,75%
BBRI –2,5%
BBTN –9,7%
Investor melihat potensi risiko fiskal, terutama bila disiplin anggaran bergeser ke arah pembiayaan ekspansif. Bank Indonesia pun terpaksa turun tangan, membeli obligasi negara dan menahan pelemahan rupiah lebih lanjut.
Pertanyaan besar kini: apakah Purbaya akan menjaga integritas fiskal, atau justru memainkan regulasi untuk menguntungkan jaringan bisnis-politiknya?
Kedekatan dengan BUMN tambang dan sektor energi menimbulkan risiko pengambilan keputusan yang bias.
Reputasinya yang dikenal “pede melawan IMF” bisa jadi pedang bermata dua: nasionalis di satu sisi, manipulatif di sisi lain.
Ketergantungannya pada konsumsi domestik membuka peluang belanja pemerintah jor-joran, yang rawan dipolitisasi.
Sektor Perbankan saat ini rentan, perhatikan tren jangka pendek.
Sektor Pertambangan & Energi bisa jadi pemenang jangka menengah, terutama emiten di bawah MIND ID (ANTM, PTBA, TINS).
Infrastruktur perlu dipantau jika ada percepatan proyek APBN.
Namun, risiko fiskal tetap tinggi. Jika kepercayaan investor menurun, pasar modal bisa bergejolak lebih keras.
Pergantian Menteri Keuangan ini bukan sekadar rotasi jabatan, tapi juga sinyal perubahan arah fiskal. Purbaya Yudhi Sadewa datang dengan reputasi vokal dan jaringan politik-ekonomi yang dalam. Pasar bereaksi waspada, dan wajar jika publik juga harus lebih kritis. Finansialmu melihat, era Purbaya adalah era penuh peluang sekaligus potensi jebakan. Sebagai investor maupun warga negara, kita perlu mengawasi dengan ketat: apakah kebijakan yang lahir benar-benar untuk rakyat, atau justru untuk memperkaya lingkaran tertentu.
Disclaimer: Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Finansialmu tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari keputusan investasi yang diambil.